Pada suatu hari ada seseorang menangkap burung. Burung itu berkata kepadanya, "Aku tak berguna bagimu sebagai tawanan. Lepaskan saja aku, nanti kuberi kau tiga nasehat." Si Burung berjanji akan memberikan nasehat pertama ketika masih berada dalam genggaman orang itu, yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon, dan yang ketiga ia sudah mencapai puncak bukit. Orang itu setuju, dan meminta nasehat pertama. Kata burung itu, "Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun kau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal." Orang itupun melepaskannya, dan burung itu segera melompat ke dahan. Di sampaikannya nasehat yang kedua, "Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti." Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, "O manusia malang! diriku terdapat dua permata besar, kalau saja tadi kau membunuhku, kau akan memperolehnya!" Orang itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya, namun katanya, "Setidaknya, katakan padaku nasehat yang ketiga itu!" Si Burung menjawab, "Alangkah tololnya kau, meminta nasehat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kaurenungkan sama sekali! Sudah kukatakan padamu agar jangan kecewa kalau kehilangan, dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Aku toh tidak cukup besar untuk bisa menyimpan dua permata besar! Kau tolol. Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia." Catatan Dalam lingkungan darwis, kisah ini dianggap sangat penting untuk "mengakalkan" pikiran siswa Sufi, menyiapkannya menghadapi pengalaman yang tidak bisa dicapai dengan cara-cara biasa. Di samping penggunaannya sehari-hari di kalangan Sufi, kisah ini kedapatan juga dalam klasik Rumi, Mathnawi. Kisah ini ditonjolkan dalam Kitab Ketuhanan karya Attar, salah seorang guru Rumi. Kedua pujangga itu hidup pada abad ke tiga belas.
Kamis, 12 Februari 2009
TIGA NASEHAT
ORANG YANG MENYADARI KEMATIAN
Konon, ada seorang raja darwis yang berangkat mengadakan perjalanan melalui laut. Ketika penumpang-penumpang lain memasuki perahu satu demi satu, mereka melihatnya dan sebagai lazimnya --merekapun meminta nasehat kepadanya. Apa yang dilakukan semua darwis tentu sama saja, yakni memberi tahu orang-orang itu hal yang itu-itu juga: darwis itu tampaknya mengulangi saja salah satu rumusan yang menjadi perhatian darwis sepanjang masa. Rumusan itu adalah: "Cobalah menyadari maut, sampai kau tahu maut itu apa." Hanya beberapa penumpang saja yang secara khusus tertarik akan peringatan itu. Mendadak ada angin topan menderu. Anak kapal maupun penumpang semuanya berlutut, memohon agar Tuhan menyelamatkan perahunya. Mereka terdengar berteriak-teriak ketakutan, menyerah kepada nasib, meratap mengharapkan keselamatan. Selama itu sang darwis duduk tenang, merenung, sama sekali tidak memberikan reaksi terhadap gerak-gerik dan adegan yang ada disekelilingnya. Akhirnya suasana kacau itu pun berhenti, laut dan langit tenang, dan para penumpang menjadi sadar kini betapa tenang darwis itu selama peristiwa ribut-ribut itu berlangsung. Salah seorang bertanya kepadanya, "Apakah Tuan tidak menyadari bahwa pada waktu angin topan itu tak ada yang lebih kokoh daripada selembar papan, yang bisa memisahkan kita dari maut?" "Oh, tentu," jawab darwis itu. "Saya tahu, di laut selamanya begitu. Tetapi saya juga menyadari bahwa, kalau saya berada di darat dan merenungkannya, dalam peristiwa sehari-hari biasa, pemisah antara kita dan maut itu lebih rapuh lagi." Catatan Kisah ini ciptaan Bayazid dari Bistam, sebuah tempat disebelah selatan Laut Kaspia. Ia adalah salah seorang diantara Sufi Agung zaman lampau, dan meninggal pada paroh kedua abad kesembilan. Ayahnya seorang pengikut Zoroaster, dan ia menerima pendidikan kebatinannya di India. Karena gurunya, Abu-Ali dari Sind, tidak menguasai ritual Islam sepenuhnya, beberapa ahli beranggapan bahwa Abu-Ali beragama Hindu, dan bahwa Bayazid tentunya mempelajari metode mistik India. Tetapi tidak ada ahli yang berwewenang, diantara Sufi, yang mengikuti anggapan tersebut. Para pengikut Bayazid termasuk kaum Bistamia.
WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
Intro:
Am x4
Am C
A blinding flash of white light
G Am
Lit up the sky over Gaza tonight
Am C
People running for cover
G Am
Not knowing whether they’re dead or alive
Dm Am
They came with their tanks and their planes
Dm Am
With ravaging fiery flames
Dm F
And nothing remains
C G
Just a voice rising up in the smoky haze
F C
We will not go down
Am G
In the night, without a fight
F C
You can burn up our mosques and our homes and our schools
Am G
But our spirit will never die
Am G
We will not go down
Am
In Gaza tonight
Am C
Women and children alike
G Am
Murdered and massacred night after night
Am C
While the so-called leaders of countries afar
G Am
Debated on who’s wrong or right
Dm Am
But their powerless words were in vain
Dm Am
And the bombs fell down like acid rain
G Am
But through the tears and the blood and the pain
C Em
You can still hear that voice through the smoky haze
F C
We will not go down
Am G
In the night, without a fight
F C
You can burn up our mosques and our homes and our schools
Am G
But our spirit will never die
Am G
We will not go down
Am
In Gaza tonight
F C
We will not go down
Am G
In the night, without a fight
F C
You can burn up our mosques and our homes and our schools
Am G
But our spirit will never die
F C
We will not go down
Am G
In the night, without a fight
Am G
We will not go down
Am
In Gaza tonight
Am x4
Am C
A blinding flash of white light
G Am
Lit up the sky over Gaza tonight
Am C
People running for cover
G Am
Not knowing whether they’re dead or alive
Dm Am
They came with their tanks and their planes
Dm Am
With ravaging fiery flames
Dm F
And nothing remains
C G
Just a voice rising up in the smoky haze
F C
We will not go down
Am G
In the night, without a fight
F C
You can burn up our mosques and our homes and our schools
Am G
But our spirit will never die
Am G
We will not go down
Am
In Gaza tonight
Am C
Women and children alike
G Am
Murdered and massacred night after night
Am C
While the so-called leaders of countries afar
G Am
Debated on who’s wrong or right
Dm Am
But their powerless words were in vain
Dm Am
And the bombs fell down like acid rain
G Am
But through the tears and the blood and the pain
C Em
You can still hear that voice through the smoky haze
F C
We will not go down
Am G
In the night, without a fight
F C
You can burn up our mosques and our homes and our schools
Am G
But our spirit will never die
Am G
We will not go down
Am
In Gaza tonight
F C
We will not go down
Am G
In the night, without a fight
F C
You can burn up our mosques and our homes and our schools
Am G
But our spirit will never die
F C
We will not go down
Am G
In the night, without a fight
Am G
We will not go down
Am
In Gaza tonight
Langganan:
Postingan (Atom)